MANUSELANEWS.COM

Budaya Poli Poli Ana Latua Rua dari Siri Sori Islam Meriahkan Festival HUT Kota Masohi ke-68

DAERAH

11/1/20252 min baca

MASOHI, MANUSELANEWS.COM. – Festival Budaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-68 Kota Masohi berlangsung meriah dan sarat makna sejarah. Salah satu penampilan yang menyita perhatian masyarakat, Sabtu (1/11/2025), adalah pertunjukan Budaya Poli Poli Ana Latua Rua dari Negeri Siri Sori Islam, Kecamatan Saparua Timur.

Rombongan budaya ini hadir dengan membawa semangat leluhur, nilai keberanian, serta persaudaraan yang telah diwariskan turun-temurun. Poli Poli Ana Latua Rua merupakan kisah perjalanan dua anak raja dari Negeri Rumbati, Irian Barat, yang menelusuri lautan luas hingga akhirnya menemukan tanah tujuan mereka, Nusa Iha di Pulau Saparua.

Dalam ekspedisi leluhur itu, rombongan singgah di sejumlah tempat bersejarah, seperti Labuan Guslau di Seram, Labuan Salaiku Haya, Labuan Hatu Mari, Labuan Kuako, Labuan Tanjung Sial, Labuan Hunimuwa Liang, hingga Labuan Tanjung Pisirolo Batu Kapal. Perjalanan panjang itu kemudian membawa mereka ke Pulau Wakano Banda dan berakhir di Nusa Iha, tanah yang dicanangkan sebagai negeri yang dicari.

Pada pertunjukan tersebut tampil sejumlah tokoh simbolik dalam kisah leluhur Siri Sori Islam — masing-masing mengenakan pakaian adat kebesaran dengan warna yang memiliki filosofi mendalam:

  • Kapitan Amanopunno Silalohy/Sallatalohy — Pakaian merah dengan tanda Buluh Ayam, lambang keberanian dan wibawa.

  • Kapitan Sopamena/Lotusoumette — Pakaian merah dikawal Kapitan Latukawal/Wattiheluw dengan pakaian kuning, simbol kesetiaan.

  • Kapitan Ahosan Samadun Lilimala/Sopaheluwakan — Pakaian putih sebagai simbol kesucian dan keadilan.

  • Kapitan Abuasa/Saimima bersama pengawal setianya Kapitan Papulua/Moyang Hairudin, sosok tangguh dan disegani.

  • Kapitan Latu Maspait Patty/Aliwanta — Pakaian merah kebesaran, tanda keberanian menjaga marwah negeri.

  • Serta Nyai Poimasa, perempuan bijaksana yang menikah dengan Kapitan Huwamesseng dari Tenggara dan menjadi nenek moyang Marga Maspait.

Pertunjukan kora-kora yang gagah dipimpin Latu Sopamena dari Tanjung Sial, menghidupkan kembali kejayaan bahari masyarakat Siri Sori Islam. Dentuman tifa, sorak penonton, dan gerak ritmis para penari menambah semarak suasana festival.

Kepala Rombongan Negeri Siri Sori Islam, Rizal Patty Kakang, mengatakan bahwa keikutsertaan mereka bukan sekadar untuk tampil, tetapi sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

“Budaya Poli Poli Ana Latua Rua adalah jati diri kami. Ini bukan hanya tentang masa lalu, tapi bagaimana warisan itu tetap hidup dalam setiap langkah kami,” ujarnya.

Kehadiran budaya dari Saparua Timur ini semakin mempertegas bahwa Festival HUT Kota Masohi bukan hanya ruang hiburan, tetapi wadah untuk meneguhkan identitas serta merawat keberagaman budaya di Maluku Tengah.

Dengan tampilnya Poli Poli Ana Latua Rua, masyarakat seakan kembali diingatkan bahwa budaya bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan yang mempererat tali persaudaraan di tanah Maluku. (*/MN-02).